EKSTRAKSI EMPEDU BERUANG DIKECAM DI TIONGKOK


Kelompok aktivis binatang di Tiongkok mengecam perusahaan obat-obatan yang mengekstrak sari empedu dari beruang, dan menyerukan agar industri tersebut ditutup.

Baru-baru ini Animals Asia Foundation mengirim pernyataan tertulis kepada Biro Regulasi Pasar Modal provinsi Fujian yang isinya menentang pemberian izin kepada Fujian Guizhentang Pharmaceutical Co. Ltd. untuk go public.

Perusahaan tersebut memproduksi produk obat-obatan menggunakan bahan empedu ekstraksi dari beruang hidup secara berkelanjutan. Sejumlah kritikan yang dilontarkan terhadap praktek tersebut menyatakan bahwa proses ekstraksi tersebut luar biasa kejam, dan khasiat nyata produk tersebut masih diragukan.

Untuk memperluas bisnisnya, perusahaan farmasi Guizhentang hendak mengembangbiakkan 1.200 beruang hitam, guna memproduksi sekitar empat ton bubuk empedu beruang setiap tahunnya.

Dalam deklarasinya, Animals Asia Foundation menyatakan: "Peternakan beruang semacam ini merupakan industri kejam yang melakukan ekstraksi empedu beruang dengan cara melubangi perut beruang dari dinding perut hingga kandung empedu. Luka menganga ini sengaja dibiarkan terbuka, membuat beruang rentan terkena infeksi bakteri dan penyakit."

Qiu Shuhua, pendiri Guizhentang, menanggapi santai dengan mengatakan bahwa pengelolaan peternakan beruang yang melibatkan beruang hidup ini telah disetujui oleh pemerintah RRT.

"Menentang kami sama dengan menentang negara," kata Qiu.

Pernyataan tersebut lantas menimbulkan perdebatan di berbagai media, banyak yang mengecam pernyataan dan tindakan yang diambil perusahaan.

Menurut artikel yang dikutip majalah Time Weekly edisi 18 Februari, lokasi di dekat Longqiao Black Bear Rescue Center milik Animals Asia Foundation di Chengdu, Provinsi Sichuan, berfungsi sebagai kuburan bagi jasad 111 beruang dan kini masih terus diperluas.

Sepertiga dari beruang meninggal akibat kanker hati, sementara yang lain meninggal karena gagal jantung, dan penyakit lain yang berkaitan dengan kurungan kandang.

Data statistik dari Animals Asia Foundation mengungkapkan bahwa sekitar 7.000 beruang di Tiongkok menjadi korban praktek kejam ekstraksi empedu beruang.

Artikel Time Weekly merilis tentang San Guoyan, seorang pria yang telah beternak beruang hitam selama lima tahun. Masing-masing dari empat beruang yang dibesarkannya ditempatkan di kandang kotor berdiameter 80 cm x 120 cm. Beruang yang lebih besar memiliki ruang yang makin sempit, dan hanya bisa menghadap ke satu arah saja.

San berkata, "Beruang-beruang ini 100 persen akan mati akibat kanker hati, dengan tiga-perempat dari mereka menderita penyakit mental." Ia juga mengatakan bahwa beruang yang diambil empedunya hanya bisa hidup paling banyak dua pertiga dari rentang hidup beruang normal.

Salah satu beruang yang dipeliharanya sangat cerdas dan mampu melepaskan rompi besi yang dipakaikan padanya. San pun harus membuat rompi baja khusus seberat 30 kg untuk beruang itu.

Ada beruang lain yang tidak mampu menggerakkan tubuhnya di kandang dalam jangka waktu lama hingga membuatnya frustasi. Berkali-kali beruang itu akan membenturkan kepalanya ke kandang hingga kepalanya berlumuran darah.

Setiap beruang akan mengalami atrofi (penyusutan organ) kantong empedu dan kematian secara perlahan. Dalam artikel tersebut dikatakan, ketika hal ini terjadi, penduduk desa akan meletakkan kawat listrik 220 volt ke mulut beruang yang sekarat, dan beruang akan menggigit kawat, dengan tak terkendali menggigitnya semakin kuat, dan mati tersengat listrik dalam waktu dua menit.

Li Zhiyou, seorang aktivis Partai Demokrat yang diasingkan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa dirinya sering menyaksikan kekejaman terhadap binatang di Tiongkok. Pembantaian terhadap anjing dan kucing untuk dikonsumsi manusia adalah pemandangan yang biasa terjadi di Tiongkok.

Ia berpikir bahwa fenomena pengecaman terhadap go public-nya Guizhentang ini, menunjukkan bahwa masyarakat semakin memiliki kesadaran lebih untuk menjaga hak-hak mereka sendiri, serta hak hidup binatang.

Lu Di, Presiden Asosiasi Perlindungan Hewan Nasional Tiongkok dan profesor di Universitas Peking, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa dia akan melaporkan kasus ini pada Administrasi Kehutanan Negara. "Kami akan melawan Guizhentang dan akan meluncurkan petisi online."

"Pernyataan 'menentang ekstraksi empedu beruang hidup adalah bertentangan dengan negara' adalah konyol. Jika demikian, bagaimana bisa RRT menghadapi dunia yang beradab?"

Gu, seorang staf dari Asosiasi Perlindungan Hewan Nasional Tiongkok mengatakan kepada The Epoch Times bahwa perusahaan farmasi empedu beruang telah membesar-besarkan khasiat obat dari empedu beruang, dan pada kenyataannya, beberapa dokter senior dari pengobatan Tiongkok, sama sekali tidak berpikir bahwa produk tersebut memiliki khasiat tertentu.

Sebaliknya, penyakit yang dibawa oleh beruang hitam justru sangat mungkin menyebabkan kontaminasi sekunder selama proses ekstraksi, mengancam kesehatan konsumen yang mengonsumsi produk empedu.

Profesor Lu berpikir bahwa fakta pemerintah Tiongkok yang belum sepenuhnya melarang praktek ekstraksi empedu beruang hidup ini, telah membuat Tiongkok "kehilangan muka" di mata dunia internasional.

"Sudah waktunya bagi Tiongkok untuk memutuskan apakah praktek ekstraksi empedu beruang hidup ini harus terus ada atau tidak," katanya.  (*v*)

0 komentar:

Video Gallery

Cari Artikel Disini