Xiao Yan, Kaisar Wu Dari Dinasti Liang ShanXing


Xiao Yan, Kaisar Wu
Xiao Yan, Kaisar Wu
Xiao Yan, nama julukannya, Shuda, hidup di masa periode Dinasti Selatan (420-589) (ket: salah satu zaman transisi dari dinasti Jin ke dinasti Sui). Beliau dilahirkan pada tahun 464 Masehi di Zhongdouli, daerah Nanlanling (sekarang kabupaten Wujin di Propinsi Jiangsu ). Xiao Yan adalah Kaisar Wu dari Dinasti Liang (salah satu dinasti di zaman dinasti selatan).


Xiao Yan merupakan seorang sosok yang berbakat

Xiao Yan merupakan seorang keturunan dari Perdana Menteri Xiao He dari Dinasti Han. Xiao Yan hidup selama 86 tahun dan memerintah kekaisaran-Nya selama 48 tahun. Diantara Kaisar-kaisar Tiongkok terdahulu setelah Kaisar Qin Shi Huang(259-210 SM, Kaisar pertama setelah Tiongkok disatukan), Xiao Yan merupakan Kaisar Kedua yang berumur cukup panjang.
Xiao Yan merupakan Kaisar yang jarang ditemukan dalam sejarah Tiongkok karena kedua bakat sastra dan militer-Nya.
Menurut Zizhi Tongjian(diartikan secara harafiah: “cermin komprehensif untuk membantu pemerintah”, sebuah buku catatan sejarah Tiongkok yang terkenal, yang ditulis oleh seorang sejarawan ternama Sima Guang (1019-1086) yang mencatat tentang kisah pada Zaman 16 Kerajaan/16 Negara dan merentang hingga 1363 tahun): “Xiao Yan/ Sang Kaisar Wu dari Dinasti Liang merupakan seorang yang “terpelajar dan sangat mahir dalam menulis(menulis dengan kuas), ilmu Sastra,ilmu Yin Yang, Ramalan, Menunggang Kuda dan Memanah, menulis kaligrafi Cao(sebuah teknik menulis kaligrafi dengan gaya kursif) dan Li (lebih terkenal dengan LISHU, sebuah  teknik menulis kaligrafi yang lain), dan juga memainkan Go (atau lebih terkenal dengan nama I-GO,sebuah permainan mirip catur,tetapi dengan menggunakan biji putih dan hitam yang berasal dari Tiongkok)”.
Bakat alami sastra dan militer(perang)-Nya memberikan Dia sebuah reputasi yang gemilang, meski masih berumur 7 atau 8 tahun di saat itu.

Xiao Yan sangat cerdas dan sangat suka membaca, meski ketika Dia masih kecil, Dia sudah sangat berwawasan luas dan multi-talenta. Dia sangat berbakat dalam sastra. Di kala itu, Dia dan 7 orang teman-Nya dipanggil sebagai “ 8 sekawan”. 
Grup ini terdiri dari beberapa nama terkenal dalam sejarah seperti : Shen Yue, Xie Tiao, dan Fan Yun. Shen Yue adalah orang yang menulis SONG SHU (kitab catatan sejarah dari Dinasti Song), QI JI ( kitab catatan sejarah dari Dinasti QI), dan buku-buku yang lainnya di dalam sejarah. Xie Tiao merupakan seorang penyair yang terkenal. Tetapi bagaimanapun, diantara kedelapan orang ini, keberanian dan wawasan Xiao Yan lah yang paling menonjol dan diatas yang lainnya.

Seorang Kaisar yang memimpin selama 48 tahun di masa periode Dinasti-Dinasti Selatan


Xiao Yan merupakan kaisar yang memimpin selama 48 tahun. Dia memerintah paling lama diantara para kaisar yang lainnya pada zaman Dinasti-Dinasti Selatan.

Hasil pencapaian Xiao Yan dalam pemerintahan sangat memuaskan, meski telah menjadi seorang kaisar, Dia tetap mempelajari sebab-sebab runtuhnya Dinasti Qi sebagai pelajaran berharga buat Dia : Dia bekerja keras dalam menangani urusan negara.
Dia selalu bangun awal tiap harinya untuk membaca dan meninjau kembali laporan laporan yang diberikan sama bawahan-Nya tanpa memperhatikan waktu. Untuk memdapatkan masukan-masukan dari pihak lain dalam mencari orang-orang berbakat,Dia menaruh 2 kotak yang ditempatkan di depan gerbang istana. Satu kotak dinamakan Kotak Keluhan, dan satunya lagi disebut Kotak Saran/Usulan. Jika ada petugas kerajaan yang mempunyai prestasi baik, atau ada orang yang berbakat tetapi tidak diberi penghargaan atau dipromosi atas prestasinya  ; ataupun ada orang berbakat tetapi tidak dipergunakan oleh pemerintah, orang-orang dapat menaruh saran mereka kedalam kotak saran. Jika rakyat biasa ingin mengkritisi ataupun memberikan saran kepada pemerintah, maka mereka dapat menaruh kertas suara mereka kedalam kotak keluhan.

Xiao Yan memberikan perhatian penuh dalam memilih dan menunjuk pejabatNya. Dia berharap para pejabat pemerintah dapat berperilaku jujur, tidak korupsi dan merupakan seorang yang budiman. Dia juga membuat sebuah perintah/keputusan: Jika seorang  pemimpin dari sebuah wilayah yang kecil telah membuat sebuah kontribusi atau membawakan hasil yang memuaskan dalam pemerintahannya, dia dapat dipromosikan menjadi seorang pimpinan untuk wilayah yang lebih luas.
Jika seorang pimpinan dari sebuah wilayah yang luas dapat membawakan sebuah hasil yang memuaskan, dia dapat dipromosikan menjadi seorang prefektur(sebuah jabatan yang khusus dengan hak dan wilayah yang lebih luas waktu itu). Setelah perintah ini disebarkan, kinerja dari pejabat pemerintahan dan sistem pengangkatan pejabat di pemerintahan Dinasti Liang mengalami kemajuan pesat.


Sepenuh Hati Meyakini Ajaran Budhime dan Berkeinginan Untuk Melepaskan Tahta


Zaman Dinasti-Dinasti Selatan merupakan sebuah zaman yang penting dalam sejarah perkembangan Budaya Budhisme di China. Kaisar Wu dari Dinasti Liang berkontribusi besar dalam menyebarkan Ajaran Budhisme, dimana membuat Budhisme menjadi tersebar luas di seluruh China bagian selatan. Pada Saat Dia Masih seorang Kaisar, Dia pergi ke kuil untuk menjadi biksu sebanyak 4 kali.  Akhirnya Dia menjadi “Kaisar biksu” pertama di China.

Xiao Yan telah menganut Daoisme (Taoisme) ketika Dia masih muda. Di tahun ketiga setelah Dia naik tahta, Dia memimpin 20,000 orang yang terdiri dari biksu-biksu dan rakyat biasa, untuk mengadakan sebuah pertemuan, dan pada waktu itu Dia menyatakan Dia “ telah melepaskan “ ajaran Taoisme dan beralih ke ajaran Budhisme”.
Dia berharap dapat menggunakan prinsip ajaran Budhisme dalam memerintah kekaisaranNya”, dan juga untuk membantu para rakyatnya agar dapat melepaskan keterikatan hati mereka akan nama dan kepentingan dan memperoleh kehidupan yang abadi.

Setelah Kaisar Wu menyatakan diriNya adalah seorang penganut ajaran Budhisme, Dia pergi untuk tinggal di kuil Tongtai sebanyak 4 kali. Di tahun 547,dia pergi ke kuil dan tinggal di sebuah kamar yang sederhana dengan kasur yang sederhana juga. Dia menggunakan teko, gelas dan mangkuk yang terbuat dari tanah liat. Dia membaca kitab suci, dia memukul lonceng pada pagi hari, dan menabuh drum pada malam hari. Dia juga membersihkan kuil bersama dengan biksu-biksu yang lain.
Karena sebuah kekaisaran tidak bisa berdiri tanpa seorang pemimpin/Kaisar, bawahanNya memintaNya untuk kembali ke Istana untuk memimpin,tetapi di menolak, hanya setelah banyak bawahanNya memintaNya untuk kembali baru akhirnya Dia kembali ke istana.
Di tahun 529 bulan september,Dia mengadakan sebuah acara religius yang mengikutsertakan para biksu, biksuni penganut budha awam pria maupun wanita. Setelah selesai melakukan ritual bersama para bawahannya, dia memutuskan untuk tidak kembali lagi ke istana.
Malam itu, dia bermalam di kuil TongTai, hari berikutnya dia memberikan ceramah ajaran kepada 4 tipe kalangan rakyat (biksu, biksuni, penganut budha awam pria maupun wanita), Dia sekali lagi tidak berkeinginan balik ke istana meskipun banyak kali bawahannya membujuk Dia, hanya setelah bawahanNya (dari pejabat tinggi sampai yang pejabat rendah) mendonasi sejumlah besar uang senilai seratus juta untuk menebus Dia, dan membawaNya pulang pada bulan Oktober.
Di tahun 546 Kaisar Wu telah berusia 83 tahun, dan Dia kembali lagi ke kuil,dan akhirnya para bawahan mendonasikan uang sebesar 200 juta lagi untuk membawanya pulang ke istana, satu tahun kemudian dia kembali lagi ke kuil untuk keempat kalinya, Dia tinggal di kuil selama 37 hari lamanya. Dia sungguh berkeinginan untuk menjadi biksu meski Dia adalah seorang yang Kaisar yang terhormat. Lewat usahaNya dalam menyebarluaskan Budhisme, pengaruh budhisme bekembang pesat di China.
Selain itu penyebaran Budhisme mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kaisar Wu dari Dinasti Liang,pada saat itu semua orang, dari Kaisar sampai keluarga-keluarga kerajaan,dari bangsawan hingga rakyat jelata,menganut ajaran Budhisme, Budhisme mengalami ketenaran yang belum pernah ada sebelumnya pada saat itu, dan menjadi agama utama di seluruh Tiongkok pada saat itu. (Erabaru/tan)

0 komentar:

Video Gallery

Cari Artikel Disini